KEADILAN DIANTARA EVOLUSI DAN PENCIPTAAN
(EVOLUSI Vs. KREASIONISME)
“Dalam pembelajaran evolusi, banyak sekali hal yang
dapat dikaitkan yang banyak menghasilkan berbagai pemikiran. Tentunya saja
seperti yang kami alami dalam mempelajari evolusi ini. Banyak sekali hal yang
terpikirkan dari berbagai ulasan. Tak sama seperti pemahaman yang kami dapatkan
waktu SMA, pembahasan kali ini jauh lebih terperinci. Bebrapa pemikiran yang
mencetuskan kehidupan awal di Bumi hingga terjadinya evolusi menjadi dasar bagi
kami untuk mempelajari biologi. Beda halnya cerita mengenai evolusi ini jika kami
dapatkan dari kehidupan masyarakat umum yang tentunya tidak terlalu mengaitkan
dengan ide-ide ilmiah.”
Dalam era
saat ini, ada tiga kelompok manusia yang terlibat dengan teori evolusi, yaitu :
1.
Kelompok yang pro evolusi dan tidak mempercayai
adanya kuasa Tuhan
2.
Kelompok menolak dengan keras teori evolusi dengan
latar agama (kreasonis)
3.
Kelompok yang menerima teori evolusi dan percaya
terhadap kuasa Tuhan dibalik kejadian evolusi.
Charles Darwin
merupakan Bapak Evolusi dalam dunia biologi karena meskipun bukan beliau yang
pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia biologi, tetapi teorinya
mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila dibandingkan
dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain, seperti J.
B. Lammarck (Campbell, dkk, 2003).
Dalam teorinya,
Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik terjadi dikarenakan peristiwa
seleksi alam.Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama. Teori evolusi bersama dengan teori
penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan teori “S” dipandang
sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam
perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin
mendapat tantangan dari golongan agamawan.
“Sejauh yang kami pelajari saat ini dari beberapa
sumber buku, dimana salah satunya adalah buku Biologi Jilid 2 (Campbel, dkk,
2003), Bahan Ajar Evolusi (Widodo, dkk, 2003) dan sumber dari internet lainnya.
Kami memahami satu hal yang menjadi
pembahasan kami dalam berdiskusi mengenai evolusi ini.” Pembahasan itu adalah :Teori
Evolusi Biologis
Istilah
evolusi biologis lebih mengarah kepada ide yang menjelaskan bahwa makhluk
hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Asal-usul
kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi
abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan secara abiotik adalah protobion.
Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat melakukan
reproduksi, namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan
menunjukkanciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme. Sedangkan teori evolusi
itu sendiri adalah teori yang menerangkan proses perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup. Teori Evolusi biologi sendiri adalah sebuah teori yang berupaya
untuk menyelidiki penyebab dan proses terbentuknya keragaman spesies yang kita
lihat saat ini. Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu atau
sedikit spesies dimuka bumi milyaran tahun lalu (Campbell, dkk, 2003).
Meskipun
teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,namun sebenarnya
evolusi telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwinlah
ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan
menghadapi pengujian ilmiah. Teori evolusi juga turut berkembang mengikuti
waktu. Pada awalnya, Darwin menyatakan bahwa seleksi alam merupakan penyebab
utama terjadinya evolusi, namun pandangan tersebut berubah setelah beberapa
dekade. Pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam Darwin tersebut
dikenal dengan Neo Darwinisme yang menjelaskan bahwa seleksi alam hanyalah
berperan sebagai faktor penuntun yang menentukan arah perubahan yang terjadi
pada makhluh hidup.
Dalam
karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection,
or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, Darwin mengemukakan
bahwa makhluk hidup yang ada saat ini berasal dari moyang yang sama dan
mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Namun, dalam karyanya tersebut,
Darwin tidak menjelaskan bagaimana makhluk pertama muncul di muka bumi.
Penjelasan mengenai asal usul makhluk hidup di paragraf teori evolusi biologis
adalah penjelasan dari ide yang dikemukakan oleh seoarang biologiwan asal
Rusia, Alexander Oparin pada tahun 1930an.
Terlepas
dari Teori Evolusi Darwin, sebenarnya jauh sebelum Darwin mencetuskan teorinya,
ada tokoh lain yang telah mencetuskan teori yang mirip dengan evolusi, seleksi
alam, dan adaptasi. Tokoh tersebut adalah Al-Jahiz. Al-Jahiz merupakan seorang
pakar biologi Irak yang hidup pada abad ke-9. Sederet teori penting dalam
biologi itu dipaparkannya dalam Kitab Al-Hayawan (Buku tentang Binatang)
(Davies, 2008). Dalam karyanya yang terdiri dari tujuh volume itu,
Al-Jahiz menguraikan lebih dari 350 jenis binatang. Dalam karyanya
itulah, Al-Jahiz menguraikan teori evolusi secara umum. Teori itu didasarkan
pada pengaruh lingkungan terhadap binatang. Selain itu, ia juga sudah
memikirkan dampak lingkungan terhadap keberlangsungan hidup binatang. Inilah
cikal bakal teori Struggle for Existence. Pada buku itu pula, Al-Jahiz
menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan. ‘Binatang terlibat dalam
sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar
jadi mangsa, dan berkembang biak. Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi
organisme untuk mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan
hidup, kemudian bertransformasi menjadi spesies baru,’ demikian bunyi teori
Stuggle for Existence yang tertulis dalam Kitab al-Hayawan (Republika, 2009).
Ajaran
agama mulai menolak teori evolusi yang dibawa Darwin hanya karena Darwin
mengatakan kehidupan muncul dengan sendirinya melalui kecelakaan atau
kebetulan, padahal inti dari teori evolusi adalah perubahan suatu organisme
secara bertahap. Kontroversi teori evolusi adalah karena teori dianggap
bertentangan dengan agama. Evolusi dianggap akan mengesampingkan atau bahkan
mereduksi ajaran agama. Beberapa orang dengan dasar agama ingin menjatuhkan
teori evolusi. Padahal mereka sendiri belum paham dengan benar atau bahkan
belum mempelajari secara keseluruhan perkembangan teori evolusi. Mereka
menerbitkan buku dan film yang dapat mempengaruhi pembaca dan penonton film
tersebut untuk membenci teori evolusi dan menancapkan keyakinan bahwa orang
beragama tidak boleh menerima evolusi karena dengan menerima kebenaran evolusi,
mereka dianggap tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Dengan pengemasan bahasa
yang menarik dan mudah dicerna, saat ini banyak masyarakat dunia yang
terpengaruh oleh karya-karya orang-orang tersebut.
Beberapa
poin yang mereka jadikan poin untuk menyerang teori evolusi dalam karya mereka
menurut kami, antara lain adalah mereka menyatakan evolusi tidak pernah di
observasi secara langsung, evolusi melanggar Hukum Kedua Termodinamika, tidak
ada fosil transisi, teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan asal dan proses
evolusi terjadi oleh kejadian yang acak, serta mereka menyatakan evolusi
hanyalah sebuah teori, dan hal tersebut tidak pernah dibuktikan. Padahal kelima
poin tersebut adalah pemahaman yang salah (miskonsepsi) mengenai teori evolusi
yang sangat perlu diluruskan agar miskonsepsi tentang teori evolusi tidak
semakin meluas. Namun, kamingnya sudah banyak masyarakat yang tidak menyadari
miskonsepsi tersebut.
Biologiwan
mendefinisikan evolusi adalah perubahan gen pool suatu populasi. Satu contoh
adalah suatu serangga/hama yang berubah menjadi resisten terhadap suatu
pestisida setelah manusia menggunakan pestisida tersebut selama beberapa tahun.
Hampir semua kreasonis mengetahui fakta evolusi tersebut. Munculnya spesies
baru dari proses evolusi sebanarnya sudah diobservasi/diamati oleh beberapa
ilmuwan, baik dalam laboratorium maupun di alam. Andai para ilmuwan tidak
pernah mengamati munculnya spesies secara evolusi dengan pengamatan langsung,
masihlah salah bila dikatakn evolusi itu tidak pernah teramati. Sesuatu
dikatakan bukti bukanlah hanya sebatas apa yang dilihat dan diamati mata
manusia secara langsung. Bukti evolusi pun dapat dilihat dari temuan fosil,
perbandingan anatomi, sekuens genetic, distribusi geografis makhluk hidup, dan
lain sebagainya.
Poin
evolusi hanyalah sebuah teori dan belum pernah dibuktikan merupakan poin yang
sering disuarakan oleh para penentang teori evolusi. Padahal, seperti yang
telah kita pelajari di bangku kuliah, seseorang tidak dengan mudah menciptakan
suatu teori. Teori merupakan kumpulan dari beberapa prinsip, yang mana prinsip
merupakan kumpulan dari beberapa konsep, dan konsep sendiri kumpulan dari
beberapa fakta. Sehingga teori pastinya mengandung fakta yang terbukti
kebenarannya. Dan yang lebih penting di sini adalah teori evolusi merupakan
satu-satunya teori kehidupan yang telah lolos banyak uji ilmiah hingga saat
ini.
Beberapa
poin lain, seperti evolusi melanggar hokum termodinamika, ataupun tidak ada
fosil transisi sebenarnya juga merupakan kesalahan konsep yang perlu
diluruskan. Munculnya pernyataan teori evolusi melanggar hokum kedua
termodinamika karena kesalahan pengertian mereka mengenai makna hukum kedua
termodinamika. Sedangkan mengenai fosil transisi, sebenarnya banyak temuan
fosil transisi yang sudah dipublikasikan di forum ilmiah. Namun, mereka mungkin
kurang mengikuti perkembangan penuman fosil-fosil baru yang ditemukan oleh para
arkeolog. Mungkin saja, mereka juga salah mengartikan pengertian fosil
transisi. Mereka menganggap fosil transisi harus memberikan gambaran fosil yang
bentuknya di antara dua spesies yang berbeda atau percampuran antara dua
spesies. Padahal, perubahan makhluk hdup yang dipelajari dalam teori evolusi
adalah perubahan yang terjadi dikit demi sedikit, bukanlah perubahan radikal
yang dapat mengakibtkan suatu spesies menghasilkan keturunan yang bentuknya
terlihat jelas berbeda dengannya.
Seseorang
tidak dapat dikatakan ateis bila dia menerima adanya evolusi. Ada prinsip
dasar yang membedakan agama dengan evolusi. Agama adalah menyangkut kepercayaan
yang dapat dipercayai atau tidak dan diyakini atau tidak, sedangkan evolusi
berhubungan dengan sains, sesuatu yang dapat diterima dengan logis atau tidak.
Sains dapat diuji secara ilmiah dan hasilnya harus dapat diprediksi. Sedangkan
agama meyakini adanya kekuatan supranatural yang tidak dapat diprediksi.
Evolusi bukanlah agama. Agama bersifat statis dan sains tidak bersifat
dogmatis. Sifat agama pun adalah mengklaim kebenaran mutlak yang tentu saja
tidak ada dalam sains. Sains bersifat empiris, masalahnya bukan dipercaya atau
tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi, tetapi apakah teori tersebut
dapat diterima sebagai suatu yang logis dan sesuai dengan fakta yang dapat
diamati atau tidak. Dalam sains, sesuatu dianggap ada kalai sesuatu itu dapat
diamati dengan pancaindra. Dengan prinsip tersebut, ruh, jin, bahkan Tuhan
dianggap tidak ada karena tidak dapat diamati menggunakan pancaindera.
Tujuan sains adalah untuk menjelaskan suatu gejala alam secara logis berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh manusia. Teori evolusi hingga saat ini
dapat menjelaskan dengan paling tepat gejala alam mengenai keanekaragaman
makhluk hidup dan adanya fosil-fosil yang ditemukan dengan perkiraan umur yang
berbeda. Hal yang menarik dalam sains dan yang membedakannya dengan agama
adalah kebenaran dalam sains bersifat relarif karena sains merupakan sesuatu
yang berkembang (dinamis, bukannya statis). Dalam hal teori evolusi, bisa saja
penemuan satu saja fosil baru dapat menumbangkan teori ini.
Evolusi tidak menyangkal tentang keberadaan Tuhan. Lebih tepatnya, tidak
ada alasan untuk mempercayai Tuhan tidak berperan dalam proses evolusi. Tidak
sedikit ilmuwan percaya terhadap adanya Tuhan dan menerima kebenaran teori
evolusi. Evolusi dapat dianggap sebagai cara Tuhan dalam menciptakan
keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini.
Darwin
tetap mengakui Tuhan yang menciptakan makhluk-makhluk hidup. Kalimat yang
paling akhir di bukunya “The Origin of Spesies by Means of Natural Selection”
(1859) adalah:
“There is
grandeur in this view of life, with its several power, having been originally
breathed by the Creator into a few forms or into one, and that, whilst the
planet has gone cycling on according to the fixed law or gravity, form so simple
a beginning endless most beautiful and most wonderful have been and are being
evolved.”
Dan dalam
bab yang berjudul “Kehidupan dan Pekerjaan Darwin” dari buku K.F Vaas
“Darwinisme dan Ajaran Evolusi” (1956) dapat kita jumpai kutipan dari
kalimat-kalimat Darwin yang artinya sebagai berikut:
“Adalah
sesuatu maksud yang sama agungnya dari Tuhan Yang Maha Esa asli yang sedikit
saja, yang telah diciptakan olehNya, sudah dapat berkembang terus, daripada
untuk mengira bahwa harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru untuk
mengisi lowongan-lowongan yang masih terbuka di barisan makhluk hidup yang
terjadi karena hukum-hukum Tuhan” (Widodo, dkk, 2003).
Dari
pernyataan di atas, jelaslah bahwa Darwin mengakui bahwa segala yang ada di
bumi telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk
tunggal. Evolusi tidak mengajak orang menjadi materialistik dan tidak perlu
seseorang menjadi lemah imannya setelah mempelajari evolusi.
Dalam
keyakinan agama, keseluruhan yang ada digolongkan atas: Khalik, yakni Allah yang menjadikan (menciptakan), dan makhluk, yaitu segala yang dijadikan
(diciptakan) oleh allah. Dengan demikian, segala macam makhluk, baik makhluk
hidup maupun makhluk tak hidup (benda mati) terjadi atas kehendak Allah.
Terjadinya jenis-jenis makhluk hidup secara evolusi pun atas kehendak Allah
(Widodo,dkk, 2003).
Mengenai
kejadian makhluk-makhluk hidup secara evolusi atas kehendak Allah, bisa timbul
pertanyaan : Karena Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Tuhan tidak menciptakan
jenis-jenis makhluk hidup itu secara langsung? Mengapa harus melewati waktu
yang lama? (Widodo, dkk, 2003).
Dalam
keyakinan agama, Tuhan itu Maha Esa. Tidak hanya Dzat-Nya, tetapi juga
Sifat-Nya, Cara-Nya menciptakan. Tuhan menciptakan tidak seperti cara manusia
bekerja, sebab Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan
keagunaganNya. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan mengenai kuasa Allah menciptakan
segala sesuatu di alam.
Artinya:
“Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih
kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (AQS. Al-Hasyr: 24).
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu
(menjadi) manusia yang berkembang biak” (AQS. Ar-Ruum: 20).
Dalam
Widodo, dkk (2003) dijelaskan bahwa Homo
sapiens berasal dari perkembangan makhluk hidup dengan jenis yang bukan Homo sapiens yang sebelumnya juga
berasal dari jenis makhluk hidup yang lebih rendah lagi tingkatannya. Secara
biologis, Homo sapiens masih
memiliki struktur hewan dan mewarisi sejumlah instink serupa yang terdapat pada
hewan. Tetapi Homo sapiens adalah
satu-satunya makhluk hidup yang istimewa, memiliki otak (brain) yang khas bersifat manusia
sempurna. Ada perkembangan yang tiba-tiba melonjak dalam kemampuan intelek yang
dimiliki Homo sapiens disbanding
dengan jenis-jenis makhluk hidup sebelumnya, seolah-olah perkembangan evolusi
biologis, yaitu evolusi fisik manusia ditempatkan dalam tingkatan kedua dibandingkan
perkembangan inteleknya.
Namun,
dalam agama tidak mengenal istilah Homo
sapiens dalam kitan sucinya karena istilah ini baru muncul dalam abad 18
hasil pikiran untuk diberikan pada kelompok manusia tertentu dalam pembicaraan
ilmiah. Dalam biologi, khususnya taksonomi atau sistematik, yaitu ilmu yang
menggolong-golongkan makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup, maka suatu
jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dengan dua kata latin, misalnya Homo sapiens. Pemberian nama makhluk
hidup dengan dua kata (binominal
nomenclature) tersebut gunanya untuk memudahkan dalam mempelajari atau
menggolongkan makhluk hidup. Berdasarkan hal ini maka istilah Adam yang terdiri hanya dari satu
kata tidak dipergunakan dalam taksonomi (Widodo, dkk, 2003).
Adam
adalah nama yang diberikan kepada manusia pertama yang diciptakan oleh Allah,
kemudian menurunkan semua manusia di zaman ini. Adam adalah makhluk (manusia)
yang bisa berfikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan berfikir abstrak, dan
dapat dibebani tanggung jawab moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima
ajaran dari Tuhan.
Teori
evolusi biologis mencoba menjelaskan bahwa dalam perkembangan evolusi makhluk
hidup pada suatu ketika tercapai makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang
dimiliki Adam. Makhluk hidup
demikian oleh ilmu pengetahuan diberi nama Homo sapiens. Jadi, dapat diartikan bahwa Adam adalah Homo sapiens yang pertama, dan manusia di zaman ini dapat
disebut keturunan Adam atau
termasuk jenis Homo sapiens.
“Kami sebagi pengajar dengan basic mengajarkan
konsep-konsep biologis, merasa cukup sulit jika menghadirkan teori evolusi dan teori penciptaan sebagai
suatu bentuk pemahaman baru kepada para didikan. Mungkin jika dihadirkan
kedunya akan terlihat adil, namun itu hanya pada sisi yang lain. Dalam sains
ini sendiri, tentunya akan terasa sangat tidak adil. Karena kita ketahui banyak
berbagai agama dengan kepercyaannya masing-masing terhadap Tuhan sebagai
pencipta. Maka tidak mungkin rasanya jika kami sebagai pengajar, mengajarkan
ilmu berdasarkan agama mayoritas suatu daerah. Akibatnya, akan "tidak adil" untuk siswajika menyajikannon-sains sebagai ilmu pengetahuan. Ilmutidak ada mengatakan tentangAllah, bukan
karena penolakan,tetapi hanyakarena tidak adacarabelajar
ataumemastikankebenaran teologis”
Daftar
Pustaka
Campbell, et al,. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Widodo, H, dkk. 2003. Bahan
Ajar Evolusi. Malang: Depertemen Pendidikan Nasional
Haffandy,
L. 2012. Evolusi dan Agama.
(online). http://linda-haffandi.blogspot.com/2012/05/
evolusi-dan-agama.html. Diakses 17 Mei 2012.
EVOLUSI BIOLOGI VS
KREASIONISME
Pengertian Evolusi dan
Kreasionisme
Teori evolusi sudah dikemukakan sejak zaman Aristoteles
dimana teori tersebut berusaha menjelaskan proses evolusi yang meliputi sumber
variabilitas, organisasi variasi genetic dalam populasi, diferensiasi populasi,
isolasi reproduktif, asal mula spesies dan hibridisasi. Biologi Evolusi ilmu
yang lunak yang mempunyai daya prediksi lemah. Teorinya tersusun atas data yang
tidak lengkap atau yang belum sempurna dipahami, meskipun ia tergolong ilmu
hayat, bahasannya lebih cenderung ke kutup humanika daripada ke kutup eksakta.
Teori evolusi sendiri berevolusi sejak zaman Aritoteles melalui Cuvier, lamarck,
ke Erasmus Darwin dan Charles Darwin/Alfred Wallace. Tokoh yang paling terkenal
adalah Darwin. Darwin banyak terpengaruh
oleh Linnaeus dan Malthus. Teori evolusi sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh
de Vries dan Mendel, Morgan dan Muller, lalu Mayr, Dobhansky. Di jaman Darwin belum ada genetika,
paleantropologi dan geokronologi, bahkan ilmu-ilmu lain juga belum berkembang,
seperti geologi, paleogeografi, dan embriologi komparatif.
Sekarang evolusi adalah teori sintetis atau teori
biologi yang memanfaatkan segala disiplin yang relevan. Seperti paleontology,
palaekologi, biostratigrafi, paleogeografi, biologi molekuler, biokimia,
biostatistik dan lain sebagainya. Teori evolusi akan mudah dipelajari jika kita
memahami prinsip-prinsip dari disiplin ilmu tersebut.
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit
demi sedikit dan memakan waktu yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini
adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari yang sederhana menuju
struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam. Perubahan yang terjadi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu; perubahan progresif dan perubahan retrogresif. Perubahan progresif
yaitu perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari kondisi sederhana menuju
kondisi yang maju atau modern untuk dapat bertahan hidup. Perubahan retrogresif
yaitu perubahan struktur dan fungsi yang menuju kepunahan. Kepunahan terjadi
tidak hanya karena mundurnya struktur dan fungsi tetapi juga dapat terjadi karena
perkembangan struktur dan fungsi yang melebihi proporsinya sehingga makhluk
hidup tersebut tidak mampu bertahan hidup.
Perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup sangat
tergantung pada struktur DNA dari makhluk hidup tersebut, sehingga pengertian evolusi biologi adalah perubahan
frekuensi gena dalam suatu populasi karena faktor-faktor atau mekanisme
evolusi. Adapun faktor-faktor evolusi adalah rekombinasi seksual, mutasi, seleksi alam,
arus gen / gen flow, dan genetic drift. Proses evolusi dapat berbeda
dalam skala, tempo dan moda. Evolusi juga dapat berlangsung lama untuk hewan
besar (makroevolusi), maka yang dapat diekplorasi adalah mikroevolusi pada
makhluk hidup dengan umur generasi yang pendek
Sebagai ilmu historis yang integratif, biologi evolusi
masih banyak mempunyai banyak kelemahan, sehingga dimungkinkan terjadi
perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Pertentangan teori evolusi belum akan
berakhir sampai sekarang. Saat ini, di berbagai negara berlangsung upaya
kolektif untuk mendorong sekolah-sekolah di sana untuk mengajarkan tidak hanya
teori evolusi di kelas-kelas biologi, tapi juga teori alternatifnya, seperti
apa yang disebut sebagai teori
kreasionisme yaitu teori penciptaan menurut kitab suci. Dalam pandangan
pendukung kreasionisme, argumen Darwin bahwa seluruh mahluk hidup ini
berawal dari sebuah sel tunggal yang kemudian berevolusi selama jutaan tahun
menjadi beragam spesies dan sub-spesies seperti yang kita kenal sekarang, tidak
berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan.
Sebaliknya, mereka percaya – seperti juga yang
diyakini Harun Yahya -- keragaman spesies ini terjadi karena dengan sengaja
dirancang oleh Sang pencipta. Dengan kata lain, sejak awal Tuhan menciptakan, manusia, gajah, monyet,
ular dan beragam mahluk lainnya secara unik. Yang satu tidak berhubungan dengan
yang lain.
Ini bukan sekadar argumen
ideologis. Yang menjadikan kalangan pendukung teori kreasionisme merasa
layak membantah teori Darwin adalah karena, dalam pandangan mereka,
teori-teori evolusi sendiri mengandung banyak kelemahan dan cacat.
Teori-teori ini memang berdasarkan pada bukti-bukti kesamaan yang terlihat di
antara fosil mahluk hidup dari jutaan tahun lalu dengan, misalnya, mahluk hidup
kontemporer. Bagi para pengecam teori evolusi, rangkaian kesamaan itu tidak
dengan sendirinya mengindikasikan adanya mata rantai yang berkesinambungan.
Bagi pendukung teori evolusi
teori kreasionisme juga bukan tanpa cacat. Jacob (2001) mengatakan bahwa Harun
Yahya dengan bukunya Keruntuhan Teori Evolusi dikritik sebagai karangan pamlet
yang total menentang teori evolusi. Teori Kreasionisme yang diajukan tidak
terperinci dan tidak memberi keterangan alternatif tentang bukti-bukti evolusi
menurut teori kreasionisme. Harun Yahya tampak tidak memahami makna survival of the fittest sebagai bentuk transisi
hubungan seleksi alam dan arah evolusi. Ia heran bahwa teori evolusi hanya
tambal sulam, padahal seluruh ilmu alamiah adalah ilmu batu bata yang disusun
satu persatu.
Jacob (2001) juga menulis
bahwa Harun Yahya terlalu takjub oleh beberapa spesies hewan seperti lebah
mempunyai kemahiran membuat sarang yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Luput
dari observasinya bahwa semua makhluk hidup mempunyai keistimewaan
masing-masing, yang tidak dapat ditiru oleh makhluk lain. Mahasiswa yang
benar-benar ingin mendalami biologi evolusi sebaiknya membaca buku-buku ilmiah
dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah luntur imannya. Ilmu pengetahuan adalah
suatu sistem untuk mengetahui bagaimana alam bekerja dan di belakang itu semua
ada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tetap ada meskipun ada yang mengatakan ia tidak
ada.
Bukti-Bukti Evolusi
Kecaman dari berbagai pihak
tentang teori evolusi, mendorong para pendukung teori evolusi membuktikan
kebenaran teori evolusi. Hal-hal yang perlu dibuktikan dalam teori evolusi
sebenarnya sudah dibahas dalam buku Drawin ”The
Origin of Species by Means Natural Selection”. Upaya untuk mencari bukti
sampai sekarang lebih mengarah pada petunjuk adanya evolusi daripada bukti
adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan dengan pendekatan
multidisipliner.
Adapun bukti evolusi yang
sering dipakai adalah fosil, anatomi komparatif, struktur sisa, embriologi
komparatif, biokimia komparatif dan biogeografi.
- Petunjuk adanya evolusi dari segi palaentologi
Charles Darwin yang menyatakan
bahwa fosil adalah bukti perkembangan makhluk hidup masa lampau, yang
menujukkan suatu perkembangan yang terus menerus secara evolutif. Perkembangan
evolusi kuda sering digunakan sebagai contoh perkembangan makhluk hidup dari
segi paleontologik.
Gambar 1. Evolusi Kuda
Perkembangan kuda dimulai dari
apa yang disebut Hyracotherium, termasuk kelompok Eohippus, yang muncul dari
Eocene awal di Amerika Utara dan Eropa. Nenek moyang kuda ini hanya sekitar 11
inci, berleher pendek dan mempunyai kaki depan yang berbeda dengan kaki
belakang, kaki depan jumlah jari kakinya empat dan kaki belakang jumlah jarinya
hanya tiga; jari keempat dan kelima masih ada tapi kecil sekali. Pada oligocene
muncul Mesohippus yang lebih besar daripada Eohippus, yakni sekitar 24 inci.
Kaki depan dan kaki belakang semua berjari 3. Pada Miocene dijumpai adanya
Parahippus dan Merychippus, yang pertama adalah pemakan daun dan yang kemudian
adalah pemakan rumput. Baru pada Pleiocene muncul apa yang disebut Pliohippus
yang jari sampingnya sudah mereduksi. Pada akhir Pleiocene akhir sudah muncul
nenek moyang kuda yang berjari satu,
yang menyebar ke seluruh dunia kecuali Australia.
Kalau diikuti uraian tersebut
di atas seakan-akan perkembangan kuda secara evolusi seperti garis lurus. Dalam
kenyataannya perkembangan tersebut bercabang-cabang. Sebagai contoh adalah pada
Miocene selain terdapat Parahippus dan Merychippus seperti disebut di atas,
juga ada Hypohippus, namun kemudian tidak berkembang dan akhirnya punah.
- Petunjuk adanya Evolsi berupa Anatomi Komparatif
Dikenal adanya keadaan yang
disebut homologi dan analogi. Homologi adalah adanya fungsi yang berbeda
beragai hewan yang bila dianalisa secara cermat ternyata mempunyai bentuk dasar
yang sama, sedangkan analogi adalah adanya fungsi yang sama pada beberapa
makhluk hidup yang secara anatomik organ yang mengemban fungsi tersebut tidak
mempunyai struktur dasar yang sama. Para ahli berpendapat bahwa peristiwa
analogi ini adalah merupakan proses perkembangan evolusi konvergen. Suatu
peristiwa yang bertolak dari adaptasi anggota makhluk hidup dari beberapa
bentuk berbeda namun berada dalam lingkungan yang sama untuk jangka waktu yang
sangat lama. Yang biasa dipakai petunjuk evolusi adalah homologi struktur
ekstrimitas anterior beberapa hewan vertebrata (gambar 2)
Gambar 2. Homologi
ekstremitas anterior beberapa binatang vertebrata
- Petunjuk Evolusi Embriologi Komparatif
Hubungan perkembangan embrio dengan
evolusi dinyatakan dalam Ernst Haeckel bahwa ontogeni adalah pilogeni yang
dipersingkat. Ia menyebut sebagai teori rekapitulasi atau teori biogenetik.
Perkembangan embrio pada hewan vertebrata dijumpai kenyataan bahwa perkembangan
embrio dari zigot menujukkan struktur yang sama, namun selanjutnya berkembang
berbeda satu dengan yang lainnya sehingga bentuk dewasanya mejadi sangat
berbeda (gambar 3).
Gambar 3. Embriologi Komparatif Beberapa
hewan Vertebrata
- Petunjuk dari Fisiologi Komparatif
Kemiripan faal tubuh dijumpai pada makhluk
hidup mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi meliputi:
-
kemiripan
dalam faal respiratoria
-
kemiripan
dalam metabolisme
-
proses
sintesis protein
- pembentukkan ATP sebagai
molekul berenergi tinggi
- Petunjuk dari usaha domestifikasi
Hasil perjalanan Darwin menunjukkan bahwa
spesiasi dapat terjadi karena upaya domestifikasi oleh manusia, misalnya upaya
pemuliaan tanaman maupun hewan.
- Petunjuk dari Alat Tubuh yang tersisa
Alat-alat sisa digunakan sebagai petunjuk
adanya evolusi, karena dalam kenyataanya meskipun alat tersebut tidak lagi
menunjukkan suatu fungsi nyata tapi tetap dijumpai secara nyata dan jumlahnya
boleh dikatakan cukup banyak. Penganut faham evolusi melihat adanya kelemahan
dari penganut faham ciptaan khusus, bertolak dari alat-alat tersisa yang tidak
lagi ada gunanya itu. Adapun organ-organ sisa antara lain: apendiks, selaput
mata sebelah dalam, otot-otot penggerak telinga, tulang ekor, gigi taring yang
runcing, geraham ketiga, rambut didada, mammae pada laki-laki, musculus
piramidalis dan masih banyak lagi (Gambar 4).
Gambar 4. Beberapa Struktur Sisa dari
Manusia
- Petunjuk dari struktur DNA dan Protein
Semua organisme hidup tersusun oleh kode
genetik (DNA=Dioksiribonukleotid Acid) yang sama. Kode genetik makhluk hidup
tersusun oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa nitrogen yang saling
berkombinasi menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode genetik ini
bersifat universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode-kode genetik
ini diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang menyusun protein. Secara
universal protein seluruh makhluk hidup tersusun oleh kombinasi 20 asam amino
(Gambar 5 dan 6).
Gambar 5. Homologi Kode Genetik
Gambar 5. Kamus Kode Genetik
Mekanisme Evolusi
Apabila
perbandingan fenotif dalam suatu populasi tidak berubah dari generasi ke
generasi, dapat dinyatakan bahwa frekuensi gena populasi tersebut dalam keadaan
seimbang. Dengan kata lain proses evolusi dapat diartikan sebagai suatu
perubahan komulatif frekuensi allele sejalan dengan waktu. Hukum Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa frekuensi gena dari generasi ke generasi cenderung konstan
selama tidak ada mutasi gen, rekombinasi gen, hilangnya gen (=genetif drift) maupun alur gen (=gen flow). Darwin menambahkan untuk
terjadinya perubahan frekuensi gen terdapat peranan lingkungan. Melalui proses
seleksi alam arah evolusi ditentukan.
- Mutasi
Mutasi adalah perubahan secara acak pada
struktur DNA. Mutasi adalah material kasar untuk terjadinya evolusi karena
mutasi dapat menyebabkan variasi genetik. Penyebab mutasi dapat berasal dari
lingkungan (oleh zat mutagenik) atau perubahan dari dalam individu pada saat
replikasi terjadi kesalahan. Ada dua jenis mutasi yaitu mutasi kecil dan
perubahan kromosom. Pada kasus pertama adanya substitusi beberapa pasangan nukeotida
dalam molekul DNA sedangkan perubahan kromosomal merupakan perubahan besar yang
menyangkut ratusan bahkan ribuan nukleotida. Terjadinya mutasi dapat
menguntungkan maupun merugikan bagi individu yang mengalaminya. Mutasi
menyebabkan perubahan pada variasi genetik dan diturunkan sehingga mutasi
berpengaruh terhadap evolusi.
- Genetic drift
Genetic drift adalah hilangnya/lepasnya
frekuensi allele secara kebetulan atau dapat dikatakan merupakan perubahan acak
pada frekuensi gen pada populasi kecil yang disebabkan oleh kematian, migrasi
atau isolasi. Pada populasi kecil kehilangan sedikit anggotanya akan membuat
perbedaan besar. Geneti drift dapat
disebabkan oleh dua kategori situasi yaitu the
bottleneck effect dan the founder
effect.
The bottleneck effect. Bencana alam seperti kebakaran, gempa
bumi, habisnya cadangan makanan dan penyakit yang mewabah dapat mengurangi
sejumlah individu dalam populasi. The
bottleneck effect terjadi ketika populasi yang bertahan hidup sangat
sedikit, misal tinggal satu dosen sehingga gen pool (komposisi genetik suatu
populasi) tidak merepresentasikan populasi awal.
The founder effect. Ketika sejumlah kecil organisme
bermigrasi dari populasi yang besar dann menetap sebagai populasi yang baru di
suatu tempat the founder effect dapat
terjadi. Jelasnya adalah gen pool kelompok migrasi yang lebih kecil biasanya
tidak merepresentasikan gen pool populasi yang besar. Beberapa allele akan
absen sementara itu yang lain akan ada secara sedikit atau berlebihan. Sebagai
konsekuensi, ketika individu-individu bereproduksi dan jumlah founding
population meningkat, frekuensi gennya berbeda dari populasi awalnya.
- Aliran Gen (=Gen Flow)
Aliran gen dapat terjadi melalui proses
interbreeding. Imigran dapat menambah allele baru ke dalam gen pool sehingga
dapat merubah frekuensi allele. Aliran gen dapat terjadi dari kisaran imigran
yang sangat rendah sampai kisaran imigran yang sangat tinggi tergantung dari
jumlah individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan genetik
inidividu-individu yang dapat bergabung. Bagaimanapun bila informasi genetik
sangat berbeda imigrasi kecil pun dapat menghasilkan perubahan frekuensi allele
yang sangat besar.
- Rekombinasi Seksual
Pada individu yang melakukan reproduksi
secara seksual keturunan yang dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena
selama meiosis kromosom bergabung secara acak dan juga pada saat peristiwa
fertilisasi terjadi penggabungan materi genetik dari dua sel gamet. Dengan
demikian rekombinasi gen dapat memberi peluang yang besar untuk terjadinya
variabilitas yang berpengaruh terhadap evolusi populasi.
- Seleksi alam
Seleksi alam adalah salah satu faktor
evolusi, pertama kali dikemukan oleh Darwin. Individu yang mempunyai kecocokan
dengan lingkungan yang mampu bertahan. Oleh sebab itu alam bertugas sebagai
penyeleksi kelestarian makhluk hidup dari generasi ke generasi. Hasil adaptasi
makhluk hidup terhadap lingkungannya disebut modifikasi dan ini diturunkan pada
anakannya, sehingga seleksi alam merupakan faktor evolusi.
Evolusi Manusia
Proses evolusi makhluk
hidup yang paling mendapat sorotan tajam adalah evolusi manusia. Kebanyakan
orang menanyakan apakah manusia yang ada sekarang adalah produk evolusi, jika
ya tentunya manusia berasal atau berkembang dari dari makhluk yang lebih
sederhana, namun pandangan bahwa manusia adalah produk evolusi juga membawa
konsekuensi bahwa keturunan manusia yang akan datang adalah makhluk yang lebih
sempurna dari manusia yang sekarang. Berbicara keturunan ada dua hal yang akan
diwariskan pada anakan manusia yatiu informasi genetik dan informasi
non-genetik. Informasi genetik sudah sangat jelas wujudnya, namun informasi
non-genetik adalah hasil interaksi manusia terhadap lingkungan. Karena manusia
adalah makhluk yang berakal membuat informasi non-genetik yang diturunkan
semakin kompleks sehingga pembahasan perkembangan evolusi manusia ditinjau dari
aspek psiko-sosial dari makhluk bipedal sampai Homo sapien.
Gambar 7. Evolusi Manusia
- Australopithecines
-
Merupakan
makhluk bipedal tegak yang paling tua
-
Muncul
8-10 juta tahun yang lalu
-
Digolongkan
sebagai hominid (pra-manusia)
-
Australopitthecus
africanus (5,5 juta tahun yang lalu)
-
Australopitthecus
afarensis (3,5 juta tahun yang lalu)
-
Australopitthecus
robustus dan Australopitthecus boisei (2-1 juta tahun yang lalu)
-
Pemakan
daging dan pemakan tumbuhan
-
Mengenal
alat dari batu untuk berburu dan untuk melawan musuh
-
Homo habilis, Australopithesin yang paling maju, tidak sekedar
memakai alat tapi juga membuatnya
b. Homo erectus
- Manusia kera yang memiliki ciri-ciri manusia
- Mampu membuat alat yang lebih baik dari
alat yang dibuat Homo habilis dengan variasi yang lebih banyak
-
Alat dari batu dan kayu
-
Mengenal api dan mengenal alat penghasil api
-
Pemburu ulung dan sudah bermasyarakat
-
Meganthropus palaeojavanicus (600-500.000 tahun yang lalu)
-
Homo erectus Pekinensis (500.000 tahun yang lalu)
c. Homo
Neanthertalensis
- Hidup sekitar 150.000-60.000 tahun
yang lalu
- Mengenal alat berburu, alat
mempertahankan diri, alat makan, dan alat minum
- Sudah mengenal benih-benih
kepercahayaan dengan ditemukanya kuburan yang dilakukan penguburan dengan cara
terhormat (kepercayaan ada kehidupan sesudah mati)
- Dianggap sebagai pra-Homo sapien
Gambar 7.A.Budaya Penguburan oleh
Manusia Neanthertal
B. Alat-alat yang
dipakai oleh Manusia Neanthertal
d. Homo sapien
- Homo sapien Tua =Manusia
Cro-magnon
- 40.000-10.000 tahun yang lalu
- kebudayaannya sudah lebih maju
- mengenal seni lukis dan seni patung dan
mengenal pewarna
- mengenal alat dari batu, kayu, tanduk, jarum
- berbahasa dan berpakaian
Gambar 8. Hasil Karya Seni Manusia
Cro Magnon
A.
Patung
Venuses
B.
Seni
Lukis pada Dinding Gua
Teori Evolusi
Charles
Dawin, Kalian tentunya pernah mendengar nama ilmuwan tersebut bukan? Yups,
Charles Darwin adalah tokoh yang sangat terkenal dalam kaitannya dengan evolusi. Darwin banyak
mengemukakan gagasan-gagasannya tentang teori evolusi. Karena pemikirannya tersebut,
Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi.
Pokok-pokok
pemikiran yang melandasi ajaran Darwin mengenai evolusi antara lain:
- Tidak ada individu yang identik, selalu ada variasi meskipun dalam satu keturunan
- Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena setiap makhluk hidup mampu berkembang biak.
- Untuk berkembangbiak diperlukan makanan dan ruang yang cukup.
- Pertambahan populasi tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor pembatas antara lain makanan dan predasi.
Darwin
membantah teori Lamarck yang mengungkapkan bahwa perkembangan makhluk hidup
menuju ke arah kesempurnaan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diwariskan
kepada keturunannya.
Dalam
bukunya The Origin of Spesies by means of Natural Selection, Darwin menyatakan
dua hal penting sebagai Teori Evolusi yaitu:
1. Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies nenek moyangnya
yang hidup di masa lalu.
2. Perkembangan spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar
populasi.
Fenomena
jerapah dengan leher panjang dijelaskan oleh Darwin dengan melihat dari sudut
pandang adanya variasi. Menurut Darwin, jerapah pada mulanya ada yang berleher
panjang dan ada yang berleher pendek. Jerapah yang berleher pendek tidak mampu
bertahan hidup karena kalah dalam berkompetisi dengan jerapah berleher panjang
untuk memperoleh makanan berupa dedaunan pada pohon yang tinggi. Akibatnya
populasi jerapah berleher pendek menjadi punah dan tinggal populasi jerapah
berleher panjang yang mampu bertahan hidup di lingkungannya (Hukum survival
of the fittest), sebagaimana dijelaskan oleh gambar berikut:
TeoriEvolusi sebagimana yang dikemukakan oleh
Charles Darwin diatas, mendapat tanggapan dari berbagai kalangan baik yang
berasal dari kelompok ilmuwan maupun kelompok lain. Tanggapan yang muncul pun
beragam. Ada yang bersifat saling mendukung (pro) dan ada pula yang menolak
(kontra). Tanggapan-tanggapan tersebut antara lain:
I.
Darwin vs
Lamarck
Keduanya
berbeda pendapat mengenai fenomena jerapah berleher panjang. Menurut Lamarck
pada awalnya jerapah berleher pendek akan tetapi karena makanan yang berupa
daun makin berkurang, maka dari generasi ke generasi leher jerapah semakin
panjang untuk menjangkau daun yang semakin tinggi letaknya.
Sedangkan
menurut Darwin, dalam populasi jerapah ada yang berleher panjang dan berleher
pendek. Dalam kompetisi untuk mendapatkan makanan, jerapah berleher panjang
tetap bertahan hidup sedangkan jerapah berleher pendek akan tersingkir secara
perlahan-lahan. Dari fenomena ini muncullah gagasan Darwin tentang seleksi
alam.
II. Darwin vs Weismann
Berbeda
dengan tanggapannya mengenai gagasan Lamarck, gagasan Weismann lebih
menjelaskan pandangan Darwin mengenai seleksi alam. Menurut Weismann, evolusi
menyangkut masalah bagaimana pewarisan gen melalui sel-sel kelamin, sehingga perubahan
sifat-sifat karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada
keturunannya.
Jadi dengan
jelas bahwa leher panjang atau pendek pada jerapah dikendalikan oleh gen. Gen
untuk sifat leher panjang bersifat dominan, sedangkan gen untuk sifat leher
pendek bersifat resesif.
III.
Darwin vs
Wallace
Kedua
tokoh tersebut mempunyai persamaan
gagasan dalam menanggapi masalah evolusi. Mereka sependapat bahwa evolusi
terjadi melalui seleksi alam. Munculnya spesies baru berasal dari spesies
sebelumnya.
Setiap
individu anggota populasi mempunyai kemampuan untuk berkembang biak dan
diantara individu-individu tersebut terdapat variasi. Dalam usahanya untuk
mempertahankan hidup, individu yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan akan tersingkir dan akhirnya punah.
IV.
Darwin vs Paham Kreasionisme Harun Yahya
Selain
para ahli di atas, muncul juga pihak yang menentang Teori Evolusi dari
sudut pandang yang berbeda. Pihak tersebut adalah kelompok agamawan (creationist)
yang menolak Teori Evolusi dari sudut pandang ajaran agama. Kelompok ini
dikenal sebagai kelompok yang menganut paham kreasionisme. Paham kreasionisme adalah suatu paham yang
meyakini bahwa makhluk hidup dan segala jenisnya diciptakan oleh Tuhan, secara
terpisah (tidak ada kesamaan leluhur, atau bahwa satu jenis makhluk hidup tidak
diturunkan dari jenis makhluk hidup lain). Salah satu tokoh yang gigih
menyampaikan teori paham kreasionisme ini adalah Harun Yahya. Beliau adalah seorang da’i dan ilmuwan terkemuka asal
Turki yang memiliki nama asli Adnan Oktar. Dalam karyanya yang berjudul
Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya mengungkapkan bantahan-bantahannya
terhadap teori evolusi yang dicetuskan oleh Darwin diatas.
Menurut
pandangan Harun Yahya, konsep
kehidupan yang berasal dari benda mati bertentangan dengan hukum dasar biologi.
Dalam hal ini, Harun Yahya memberikan gambaran bahwa sel hidup merupakan
hasil pembelahan dari sel hidup juga dan bukan dari pembelahan sel mati. Harun
Yahya membantah gagasan yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari kehidupan
sebelumnya. Gagasan tersebut mengandung arti bahwa makhluk hidup yang pertama
kali muncul di bumi berasal dari kehidupan yang ada sebelumnya. Harun Yahya mengungkapkan pendapatnya
dari sudut pandang berbeda yang menyatakan bahwa di alam semesta ini ada
pencipta (creator) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu bantahan Harun
Yahya tersebut merupakan bagian dari pendapatnya dalam meruntuhkan Teori
Evolusi Darwin.
Dalam
karyanya, Harun Yahya mengungkapkan bahwa Teori Evolusi yang dikemukakan
oleh Darwin merupakan gagasan yang tidak ilmiah. Ada beberapa hal yang
dijadikan dasar bagi Harun Yahya untuk membantah Teori Evolusi Darwin.
Yang pertama,
masih minimnya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada masa Darwin dan Lamarck untuk menjelaskan fenomena asal
usul kehidupan. Ilmu genetika dan biokimia pada masa Darwin belum ada sehingga
mempersempit penjelasan Darwin tentang evolusi dari sudut pandang genetika dan
biokimia.
Yang kedua,
komposisi dan susunan unsur genetik pada
makhluk hidup yang sangat rumit menunjukkan ketidakabsahan mekanisme
evolusi kehidupan. Menurut Harun Yahya, kerumitan yang ada dalam setiap unsur
genetik tersebut merupakan hasil rancangan Sang Pencipta alam semesta ini.
Harun
Yahya juga mengungkapkan kelemahan-kelemahan bukti evolusi yang dikemukakan
oleh Darwin, salah satunya dari catatan
fosil. Dari berbagai fosil yang ditemukan, tidak ada satu pun fosil yang
menunjukkan bentuk transisi yang dapat dijadikan sebagai petunjuk proses
evolusi. Di samping itu, perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang
diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi
yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan
keturunannya.
Mengenai
seleksi alam, Harun Yahya mengungkapkan bahwa tidak pernah ada satu spesies pun
yang mampu menghasilkan spesies lain melalui mekanisme seleksi alam. Sebagai
contoh, masih ingatkah kalian tentang evolusi kupu-kupu Biston betularia di
Inggris?
Menurut
Harun Yahya, terbentuknya kupu-kupu Biston betularia bersayap gelap yang
terjadi pada pada awal revolusi industri di Inggris sebenarnya tidak ada.
Cerita sebenarnya adalah pada awalnya warna kulit batang pohon di Inggris
benar-benar terang. Oleh karena itu, kupu-kupu berwarna gelap yang hinggap pada
pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa, sehingga
mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah. Lima puluh tahun kemudian akibat
polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap dan saat itu kupu-kupu berwarna
cerah menjadi mudah diburu. Akibatnya, jumlah kupu-kupu berwarna cerah
berkurang, sementara populasi kupu-kupu berwarna gelap meningkat karena tidak
mudah terlihat oleh pemangsa.
Dalam
kasus ini, Harun Yahya menganggap bahwa tidak terjadi perubahan warna sayap
kupu-kupu yang diturunkan. Namun, yang terjadi sebenarnya adalah jumlah
kupu-kupu yang berwarna cerah telah banyak dimangsa oleh burung-burung
pemangsa, sehingga jumlah kupu-kupu berwarna cerah lebih sedikit dibanding
kupu-kupu yang berwarna lebih gelap.
Salah
satu pokok pikiran Teori Evolusi yang juga tak luput dari bantahan Harun
Yahya adalah tentang mutasi. Di dalam pandangan evolusi Darwin, mutasi
dikatakan sebagai proses yang memunculkan spesies baru yang berbeda dari
tetuanya. Harun Yahya menentang pandangan yang menyatakan bahwa mutasi dapat
bersifat menguntungkan, tetapi pada
kenyataannnya setiap mutasi bersifat membahayakan.
0 komentar:
Posting Komentar