Selasa, 15 Desember 2015

EVOLUSI Vs KREASIONISME



KEADILAN DIANTARA EVOLUSI DAN PENCIPTAAN
(EVOLUSI Vs. KREASIONISME)

“Dalam pembelajaran evolusi, banyak sekali hal yang dapat dikaitkan yang banyak menghasilkan berbagai pemikiran. Tentunya saja seperti yang kami alami dalam mempelajari evolusi ini. Banyak sekali hal yang terpikirkan dari berbagai ulasan. Tak sama seperti pemahaman yang kami dapatkan waktu SMA, pembahasan kali ini jauh lebih terperinci. Bebrapa pemikiran yang mencetuskan kehidupan awal di Bumi hingga terjadinya evolusi menjadi dasar bagi kami untuk mempelajari biologi. Beda halnya cerita mengenai evolusi ini jika kami dapatkan dari kehidupan masyarakat umum yang tentunya tidak terlalu mengaitkan dengan ide-ide ilmiah.”
Dalam era saat ini, ada tiga kelompok manusia yang terlibat dengan teori evolusi, yaitu :
1.         Kelompok yang pro evolusi dan tidak mempercayai adanya kuasa Tuhan
2.         Kelompok menolak dengan keras teori evolusi dengan latar agama (kreasonis)
3.         Kelompok yang menerima teori evolusi dan percaya terhadap kuasa Tuhan dibalik kejadian evolusi.
Charles Darwin merupakan Bapak Evolusi dalam dunia biologi karena meskipun bukan beliau yang pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia biologi, tetapi teorinya mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila dibandingkan dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain, seperti J. B. Lammarck (Campbell, dkk, 2003).
Dalam teorinya, Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik terjadi dikarenakan peristiwa seleksi alam.Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama. Teori evolusi bersama dengan teori penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan teori “S” dipandang sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin mendapat tantangan dari golongan agamawan.

“Sejauh yang kami pelajari saat ini dari beberapa sumber buku, dimana salah satunya adalah buku Biologi Jilid 2 (Campbel, dkk, 2003), Bahan Ajar Evolusi (Widodo, dkk, 2003) dan sumber dari internet lainnya. Kami memahami satu hal yang menjadi pembahasan kami dalam berdiskusi mengenai evolusi ini.” Pembahasan itu adalah :Teori Evolusi Biologis
  Istilah evolusi biologis lebih mengarah kepada ide yang menjelaskan bahwa  makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Asal-usul kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan secara abiotik adalah protobion. Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat melakukan reproduksi, namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan menunjukkanciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme. Sedangkan teori evolusi itu sendiri adalah teori yang menerangkan proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Teori Evolusi biologi sendiri adalah sebuah teori yang berupaya untuk menyelidiki penyebab dan proses terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini. Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu atau sedikit spesies dimuka bumi milyaran tahun lalu (Campbell, dkk, 2003).
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,namun sebenarnya evolusi telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwinlah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Teori evolusi juga turut berkembang mengikuti waktu. Pada awalnya, Darwin menyatakan bahwa seleksi alam merupakan penyebab utama terjadinya evolusi, namun pandangan tersebut berubah setelah beberapa dekade. Pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam Darwin tersebut dikenal dengan Neo Darwinisme yang menjelaskan bahwa seleksi alam hanyalah berperan sebagai faktor penuntun yang menentukan arah perubahan yang terjadi pada makhluh hidup.
Dalam karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, Darwin mengemukakan bahwa makhluk hidup yang ada saat ini berasal dari moyang yang sama dan mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Namun, dalam karyanya tersebut, Darwin tidak menjelaskan bagaimana makhluk pertama muncul di muka bumi. Penjelasan mengenai asal usul makhluk hidup di paragraf teori evolusi biologis adalah penjelasan dari ide yang dikemukakan oleh seoarang biologiwan asal Rusia, Alexander Oparin pada tahun 1930an.
Terlepas dari Teori Evolusi Darwin, sebenarnya jauh sebelum Darwin mencetuskan teorinya, ada tokoh lain yang telah mencetuskan teori yang mirip dengan evolusi, seleksi alam, dan adaptasi. Tokoh tersebut adalah Al-Jahiz. Al-Jahiz merupakan seorang pakar biologi Irak yang hidup pada abad ke-9. Sederet teori penting dalam biologi itu dipaparkannya dalam Kitab Al-Hayawan (Buku tentang Binatang) (Davies, 2008). Dalam karyanya yang terdiri dari tujuh volume itu, Al-Jahiz  menguraikan lebih dari 350 jenis binatang. Dalam karyanya itulah, Al-Jahiz menguraikan teori evolusi secara umum.  Teori itu didasarkan pada pengaruh lingkungan terhadap binatang. Selain itu, ia juga sudah memikirkan dampak lingkungan terhadap keberlangsungan hidup binatang. Inilah cikal bakal teori Struggle for Existence. Pada buku itu pula, Al-Jahiz menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan. ‘Binatang terlibat dalam sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar jadi mangsa, dan berkembang biak. Faktor-faktor lingkungan mempengaruhi organisme untuk mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan hidup, kemudian bertransformasi menjadi spesies baru,’ demikian bunyi teori Stuggle for Existence yang tertulis dalam Kitab al-Hayawan (Republika, 2009).
Ajaran agama mulai menolak teori evolusi yang dibawa Darwin hanya karena Darwin mengatakan kehidupan muncul dengan sendirinya melalui kecelakaan atau kebetulan, padahal inti dari teori evolusi adalah perubahan suatu organisme secara bertahap. Kontroversi teori evolusi adalah karena teori dianggap bertentangan dengan agama. Evolusi dianggap akan mengesampingkan atau bahkan mereduksi ajaran agama. Beberapa orang dengan dasar agama ingin menjatuhkan teori evolusi. Padahal mereka sendiri belum paham dengan benar atau bahkan belum mempelajari secara keseluruhan perkembangan teori evolusi. Mereka menerbitkan buku dan film yang dapat mempengaruhi pembaca dan penonton film tersebut untuk membenci teori evolusi dan menancapkan keyakinan bahwa orang beragama tidak boleh menerima evolusi karena dengan menerima kebenaran evolusi, mereka dianggap tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Dengan pengemasan bahasa yang menarik dan mudah dicerna, saat ini banyak masyarakat dunia yang terpengaruh oleh karya-karya orang-orang tersebut.
Beberapa poin yang mereka jadikan poin untuk menyerang teori evolusi dalam karya mereka menurut kami, antara lain adalah mereka menyatakan evolusi tidak pernah di observasi secara langsung, evolusi melanggar Hukum Kedua Termodinamika, tidak ada fosil transisi, teori evolusi menyatakan bahwa kehidupan asal dan proses evolusi terjadi oleh kejadian yang acak, serta mereka menyatakan evolusi hanyalah sebuah teori, dan hal tersebut tidak pernah dibuktikan. Padahal kelima poin tersebut adalah pemahaman yang salah (miskonsepsi) mengenai teori evolusi yang sangat perlu diluruskan agar miskonsepsi tentang teori evolusi tidak semakin meluas. Namun, kamingnya sudah banyak masyarakat yang tidak menyadari miskonsepsi tersebut.
Biologiwan mendefinisikan evolusi adalah perubahan gen pool suatu populasi. Satu contoh adalah suatu serangga/hama yang berubah menjadi resisten terhadap suatu pestisida setelah manusia menggunakan pestisida tersebut selama beberapa tahun. Hampir semua kreasonis mengetahui fakta evolusi tersebut. Munculnya spesies baru dari proses evolusi sebanarnya sudah diobservasi/diamati oleh beberapa ilmuwan, baik dalam laboratorium maupun di alam. Andai para ilmuwan tidak pernah mengamati munculnya spesies secara evolusi dengan pengamatan langsung, masihlah salah bila dikatakn evolusi itu tidak pernah teramati. Sesuatu dikatakan bukti bukanlah hanya sebatas apa yang dilihat dan diamati mata manusia secara langsung. Bukti evolusi pun dapat dilihat dari temuan fosil, perbandingan anatomi, sekuens genetic, distribusi geografis makhluk hidup, dan lain sebagainya.
Poin evolusi hanyalah sebuah teori dan belum pernah dibuktikan merupakan poin yang sering disuarakan oleh para penentang teori evolusi. Padahal, seperti yang telah kita pelajari di bangku kuliah, seseorang tidak dengan mudah menciptakan suatu teori. Teori merupakan kumpulan dari beberapa prinsip, yang mana prinsip merupakan kumpulan dari beberapa konsep, dan konsep sendiri kumpulan dari beberapa fakta. Sehingga teori pastinya mengandung fakta yang terbukti kebenarannya. Dan yang lebih penting di sini adalah teori evolusi merupakan satu-satunya teori kehidupan yang telah lolos banyak uji ilmiah hingga saat ini.
Beberapa poin lain, seperti evolusi melanggar hokum termodinamika, ataupun tidak ada fosil transisi sebenarnya juga merupakan kesalahan konsep yang perlu diluruskan. Munculnya pernyataan teori evolusi melanggar hokum kedua termodinamika karena kesalahan pengertian mereka mengenai makna hukum kedua termodinamika. Sedangkan mengenai fosil transisi, sebenarnya banyak temuan fosil transisi yang sudah dipublikasikan di forum ilmiah. Namun, mereka mungkin kurang mengikuti perkembangan penuman fosil-fosil baru yang ditemukan oleh para arkeolog. Mungkin saja, mereka juga salah mengartikan pengertian fosil transisi. Mereka menganggap fosil transisi harus memberikan gambaran fosil yang bentuknya di antara dua spesies yang berbeda atau percampuran antara dua spesies. Padahal, perubahan makhluk hdup yang dipelajari dalam teori evolusi adalah perubahan yang terjadi dikit demi sedikit, bukanlah perubahan radikal yang dapat mengakibtkan suatu spesies menghasilkan keturunan yang bentuknya terlihat jelas berbeda dengannya.
Seseorang tidak dapat dikatakan ateis bila dia menerima adanya evolusi.  Ada prinsip dasar yang membedakan agama dengan evolusi. Agama adalah menyangkut kepercayaan yang dapat dipercayai atau tidak dan diyakini atau tidak, sedangkan evolusi berhubungan dengan sains, sesuatu yang dapat diterima dengan logis atau tidak. Sains dapat diuji secara ilmiah dan hasilnya harus dapat diprediksi. Sedangkan agama meyakini adanya kekuatan supranatural yang tidak dapat diprediksi.
  Evolusi bukanlah agama. Agama bersifat statis dan sains tidak bersifat dogmatis. Sifat agama pun adalah mengklaim kebenaran mutlak yang tentu saja tidak ada dalam sains. Sains bersifat empiris, masalahnya bukan dipercaya atau tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi, tetapi apakah teori tersebut dapat diterima sebagai suatu yang logis dan sesuai dengan fakta yang dapat diamati atau tidak. Dalam sains, sesuatu dianggap ada kalai sesuatu itu dapat diamati dengan pancaindra. Dengan prinsip tersebut, ruh, jin, bahkan Tuhan dianggap tidak ada karena tidak dapat diamati menggunakan pancaindera.
  Tujuan sains adalah untuk menjelaskan suatu gejala alam secara logis berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh manusia. Teori evolusi hingga saat ini dapat menjelaskan dengan paling tepat gejala alam mengenai keanekaragaman makhluk hidup dan adanya fosil-fosil yang ditemukan dengan perkiraan umur yang berbeda. Hal yang menarik dalam sains dan yang membedakannya dengan agama adalah kebenaran dalam sains bersifat relarif karena sains merupakan sesuatu yang berkembang (dinamis, bukannya statis). Dalam hal teori evolusi, bisa saja penemuan satu saja fosil baru dapat menumbangkan teori ini.
Evolusi tidak menyangkal tentang keberadaan Tuhan. Lebih tepatnya, tidak ada alasan untuk mempercayai Tuhan tidak berperan dalam proses evolusi. Tidak sedikit ilmuwan percaya terhadap adanya Tuhan dan menerima kebenaran teori evolusi. Evolusi dapat dianggap sebagai cara Tuhan dalam menciptakan keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini.
Darwin tetap mengakui Tuhan yang menciptakan makhluk-makhluk hidup. Kalimat yang paling akhir di bukunya “The Origin of Spesies by Means of Natural Selection” (1859) adalah:
“There is grandeur in this view of life, with its several power, having been originally breathed by the Creator into a few forms or into one, and that, whilst the planet has gone cycling on according to the fixed law or gravity, form so simple a beginning endless most beautiful and most wonderful have been and are being evolved.”
Dan dalam bab yang berjudul “Kehidupan dan Pekerjaan Darwin” dari buku K.F Vaas “Darwinisme dan Ajaran Evolusi” (1956) dapat kita jumpai kutipan dari kalimat-kalimat Darwin yang artinya sebagai berikut:
“Adalah sesuatu maksud yang sama agungnya dari Tuhan Yang Maha Esa asli yang sedikit saja, yang telah diciptakan olehNya, sudah dapat berkembang terus, daripada untuk mengira bahwa harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru untuk mengisi lowongan-lowongan yang masih terbuka di barisan makhluk hidup yang terjadi karena hukum-hukum Tuhan” (Widodo, dkk, 2003).
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Darwin mengakui bahwa segala yang ada di bumi telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk tunggal. Evolusi tidak mengajak orang menjadi materialistik dan tidak perlu seseorang menjadi lemah imannya setelah mempelajari evolusi.
Dalam keyakinan agama, keseluruhan yang ada digolongkan atas: Khalik, yakni Allah yang menjadikan (menciptakan), dan makhluk, yaitu segala yang dijadikan (diciptakan) oleh allah. Dengan demikian, segala macam makhluk, baik makhluk hidup maupun makhluk tak hidup (benda mati) terjadi atas kehendak Allah. Terjadinya jenis-jenis makhluk hidup secara evolusi pun atas kehendak Allah (Widodo,dkk, 2003).
Mengenai kejadian makhluk-makhluk hidup secara evolusi atas kehendak Allah, bisa timbul pertanyaan : Karena Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Tuhan tidak menciptakan jenis-jenis makhluk hidup itu secara langsung? Mengapa harus melewati waktu yang lama? (Widodo, dkk, 2003).
Dalam keyakinan agama, Tuhan itu Maha Esa. Tidak hanya Dzat-Nya, tetapi juga Sifat-Nya, Cara-Nya menciptakan. Tuhan menciptakan tidak seperti cara manusia bekerja, sebab Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan keagunaganNya. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan mengenai kuasa Allah menciptakan segala sesuatu di alam.
Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (AQS. Al-Hasyr: 24).
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak” (AQS. Ar-Ruum: 20).
Dalam Widodo, dkk (2003) dijelaskan bahwa Homo sapiens berasal dari perkembangan makhluk hidup dengan jenis yang bukan Homo sapiens yang sebelumnya juga berasal dari jenis makhluk hidup yang lebih rendah lagi tingkatannya. Secara biologis, Homo sapiens masih memiliki struktur hewan dan mewarisi sejumlah instink serupa yang terdapat pada hewan. Tetapi Homo sapiens adalah satu-satunya makhluk hidup yang istimewa, memiliki otak (brain) yang khas bersifat manusia sempurna. Ada perkembangan yang tiba-tiba melonjak dalam kemampuan intelek yang dimiliki Homo sapiens disbanding dengan jenis-jenis makhluk hidup sebelumnya, seolah-olah perkembangan evolusi biologis, yaitu evolusi fisik manusia ditempatkan dalam tingkatan kedua dibandingkan perkembangan inteleknya.
Namun, dalam agama tidak mengenal istilah Homo sapiens dalam kitan sucinya karena istilah ini baru muncul dalam abad 18 hasil pikiran untuk diberikan pada kelompok manusia tertentu dalam pembicaraan ilmiah. Dalam biologi, khususnya taksonomi atau sistematik, yaitu ilmu yang menggolong-golongkan makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dengan dua kata latin, misalnya Homo sapiens. Pemberian nama makhluk hidup dengan dua kata (binominal nomenclature) tersebut gunanya untuk memudahkan dalam mempelajari atau menggolongkan makhluk hidup. Berdasarkan hal ini maka istilah Adam yang terdiri hanya dari satu kata tidak dipergunakan dalam taksonomi (Widodo, dkk, 2003).
Adam adalah nama yang diberikan kepada manusia pertama yang diciptakan oleh Allah, kemudian menurunkan semua manusia di zaman ini. Adam adalah makhluk (manusia) yang bisa berfikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan berfikir abstrak, dan dapat dibebani tanggung jawab moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima ajaran dari Tuhan.
Teori evolusi biologis mencoba menjelaskan bahwa dalam perkembangan evolusi makhluk hidup pada suatu ketika tercapai makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang dimiliki Adam. Makhluk hidup demikian oleh ilmu pengetahuan diberi nama Homo sapiens. Jadi, dapat diartikan bahwa Adam adalah Homo sapiens yang pertama, dan manusia di zaman ini dapat disebut keturunan Adam atau termasuk jenis Homo sapiens.
“Kami sebagi pengajar dengan basic mengajarkan konsep-konsep biologis, merasa cukup sulit jika menghadirkan  teori evolusi dan teori penciptaan sebagai suatu bentuk pemahaman baru kepada para didikan. Mungkin jika dihadirkan kedunya akan terlihat adil, namun itu hanya pada sisi yang lain. Dalam sains ini sendiri, tentunya akan terasa sangat tidak adil. Karena kita ketahui banyak berbagai agama dengan kepercyaannya masing-masing terhadap Tuhan sebagai pencipta. Maka tidak mungkin rasanya jika kami sebagai pengajar, mengajarkan ilmu berdasarkan agama mayoritas suatu daerah. Akibatnya, akan "tidak adil" untuk siswajika  menyajikannon-sains sebagai ilmu pengetahuan. Ilmutidak ada mengatakan tentangAllah, bukan karena penolakan,tetapi hanyakarena tidak adacarabelajar ataumemastikankebenaran teologis






Daftar Pustaka

Campbell, et al,. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Widodo, H, dkk. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Depertemen Pendidikan Nasional
Haffandy, L. 2012. Evolusi dan Agama. (online). http://linda-haffandi.blogspot.com/2012/05/ evolusi-dan-agama.html. Diakses 17 Mei 2012.



EVOLUSI BIOLOGI VS KREASIONISME

Pengertian Evolusi dan Kreasionisme
Teori evolusi sudah dikemukakan sejak zaman Aristoteles dimana teori tersebut berusaha menjelaskan proses evolusi yang meliputi sumber variabilitas, organisasi variasi genetic dalam populasi, diferensiasi populasi, isolasi reproduktif, asal mula spesies dan hibridisasi. Biologi Evolusi ilmu yang lunak yang mempunyai daya prediksi lemah. Teorinya tersusun atas data yang tidak lengkap atau yang belum sempurna dipahami, meskipun ia tergolong ilmu hayat, bahasannya lebih cenderung ke kutup humanika daripada ke kutup eksakta. Teori evolusi sendiri berevolusi sejak zaman Aritoteles melalui Cuvier, lamarck, ke Erasmus Darwin dan Charles Darwin/Alfred Wallace. Tokoh yang paling terkenal adalah Darwin. Darwin banyak terpengaruh oleh Linnaeus dan Malthus. Teori evolusi sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh de Vries dan Mendel, Morgan dan Muller, lalu Mayr, Dobhansky. Di jaman Darwin belum ada genetika, paleantropologi dan geokronologi, bahkan ilmu-ilmu lain juga belum berkembang, seperti geologi, paleogeografi, dan embriologi komparatif.
Sekarang evolusi adalah teori sintetis atau teori biologi yang memanfaatkan segala disiplin yang relevan. Seperti paleontology, palaekologi, biostratigrafi, paleogeografi, biologi molekuler, biokimia, biostatistik dan lain sebagainya. Teori evolusi akan mudah dipelajari jika kita memahami prinsip-prinsip dari disiplin ilmu tersebut.
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari yang sederhana menuju struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam. Perubahan yang terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; perubahan progresif dan perubahan retrogresif. Perubahan progresif yaitu perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari kondisi sederhana menuju kondisi yang maju atau modern untuk dapat bertahan hidup. Perubahan retrogresif yaitu perubahan struktur dan fungsi yang menuju kepunahan. Kepunahan terjadi tidak hanya karena mundurnya struktur dan fungsi tetapi juga dapat terjadi karena perkembangan struktur dan fungsi yang melebihi proporsinya sehingga makhluk hidup tersebut tidak mampu bertahan hidup.
Perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup sangat tergantung pada struktur DNA dari makhluk hidup tersebut, sehingga pengertian evolusi biologi adalah perubahan frekuensi gena dalam suatu populasi karena faktor-faktor atau mekanisme evolusi. Adapun faktor-faktor evolusi adalah  rekombinasi seksual, mutasi, seleksi alam, arus gen / gen flow, dan genetic drift. Proses evolusi dapat berbeda dalam skala, tempo dan moda. Evolusi juga dapat berlangsung lama untuk hewan besar (makroevolusi), maka yang dapat diekplorasi adalah mikroevolusi pada makhluk hidup dengan umur generasi yang pendek
Sebagai ilmu historis yang integratif, biologi evolusi masih banyak mempunyai banyak kelemahan, sehingga dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Pertentangan teori evolusi belum akan berakhir sampai sekarang. Saat ini, di berbagai negara berlangsung upaya kolektif untuk mendorong sekolah-sekolah di sana untuk mengajarkan tidak hanya teori evolusi di kelas-kelas biologi, tapi juga teori alternatifnya, seperti apa yang disebut sebagai teori kreasionisme yaitu teori penciptaan menurut kitab suci. Dalam pandangan pendukung kreasionisme, argumen  Darwin bahwa seluruh mahluk hidup ini berawal dari sebuah sel tunggal yang kemudian berevolusi selama jutaan tahun menjadi beragam spesies dan sub-spesies seperti yang kita kenal sekarang, tidak berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan.
Sebaliknya, mereka percaya – seperti juga yang diyakini Harun Yahya -- keragaman spesies ini terjadi karena dengan sengaja dirancang oleh Sang pencipta. Dengan kata lain, sejak awal Tuhan menciptakan, manusia, gajah, monyet, ular dan beragam mahluk lainnya secara unik. Yang satu tidak berhubungan dengan yang lain.
Ini bukan sekadar argumen ideologis. Yang menjadikan kalangan pendukung teori kreasionisme  merasa layak membantah teori Darwin adalah karena, dalam pandangan mereka,  teori-teori evolusi sendiri mengandung banyak kelemahan dan cacat. Teori-teori ini memang berdasarkan pada bukti-bukti kesamaan yang terlihat di antara fosil mahluk hidup dari jutaan tahun lalu dengan, misalnya, mahluk hidup kontemporer. Bagi para pengecam teori evolusi, rangkaian kesamaan itu tidak dengan sendirinya mengindikasikan adanya mata rantai yang berkesinambungan.  
Bagi pendukung teori evolusi teori kreasionisme juga bukan tanpa cacat. Jacob (2001) mengatakan bahwa Harun Yahya dengan bukunya Keruntuhan Teori Evolusi dikritik sebagai karangan pamlet yang total menentang teori evolusi. Teori Kreasionisme yang diajukan tidak terperinci dan tidak memberi keterangan alternatif tentang bukti-bukti evolusi menurut teori kreasionisme. Harun Yahya tampak tidak memahami makna survival of  the fittest sebagai bentuk transisi hubungan seleksi alam dan arah evolusi. Ia heran bahwa teori evolusi hanya tambal sulam, padahal seluruh ilmu alamiah adalah ilmu batu bata yang disusun satu persatu.  
Jacob (2001) juga menulis bahwa Harun Yahya terlalu takjub oleh beberapa spesies hewan seperti lebah mempunyai kemahiran membuat sarang yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Luput dari observasinya bahwa semua makhluk hidup mempunyai keistimewaan masing-masing, yang tidak dapat ditiru oleh makhluk lain. Mahasiswa yang benar-benar ingin mendalami biologi evolusi sebaiknya membaca buku-buku ilmiah dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah luntur imannya. Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem untuk mengetahui bagaimana alam bekerja dan di belakang itu semua ada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tetap ada meskipun ada yang mengatakan ia tidak ada.

Bukti-Bukti Evolusi
Kecaman dari berbagai pihak tentang teori evolusi, mendorong para pendukung teori evolusi membuktikan kebenaran teori evolusi. Hal-hal yang perlu dibuktikan dalam teori evolusi sebenarnya sudah dibahas dalam buku Drawin ”The Origin of Species by Means Natural Selection”. Upaya untuk mencari bukti sampai sekarang lebih mengarah pada petunjuk adanya evolusi daripada bukti adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan dengan pendekatan multidisipliner.
Adapun bukti evolusi yang sering dipakai adalah fosil, anatomi komparatif, struktur sisa, embriologi komparatif, biokimia komparatif dan biogeografi.
  1. Petunjuk adanya evolusi dari segi palaentologi
Charles Darwin yang menyatakan bahwa fosil adalah bukti perkembangan makhluk hidup masa lampau, yang menujukkan suatu perkembangan yang terus menerus secara evolutif. Perkembangan evolusi kuda sering digunakan sebagai contoh perkembangan makhluk hidup dari segi paleontologik.
bievolutionhorse 
Gambar 1. Evolusi Kuda
Perkembangan kuda dimulai dari apa yang disebut Hyracotherium, termasuk kelompok Eohippus, yang muncul dari Eocene awal di Amerika Utara dan Eropa. Nenek moyang kuda ini hanya sekitar 11 inci, berleher pendek dan mempunyai kaki depan yang berbeda dengan kaki belakang, kaki depan jumlah jari kakinya empat dan kaki belakang jumlah jarinya hanya tiga; jari keempat dan kelima masih ada tapi kecil sekali. Pada oligocene muncul Mesohippus yang lebih besar daripada Eohippus, yakni sekitar 24 inci. Kaki depan dan kaki belakang semua berjari 3. Pada Miocene dijumpai adanya Parahippus dan Merychippus, yang pertama adalah pemakan daun dan yang kemudian adalah pemakan rumput. Baru pada Pleiocene muncul apa yang disebut Pliohippus yang jari sampingnya sudah mereduksi. Pada akhir Pleiocene akhir sudah muncul nenek moyang kuda  yang berjari satu, yang menyebar ke seluruh dunia kecuali Australia.
Kalau diikuti uraian tersebut di atas seakan-akan perkembangan kuda secara evolusi seperti garis lurus. Dalam kenyataannya perkembangan tersebut bercabang-cabang. Sebagai contoh adalah pada Miocene selain terdapat Parahippus dan Merychippus seperti disebut di atas, juga ada Hypohippus, namun kemudian tidak berkembang dan akhirnya punah.
  1. Petunjuk adanya Evolsi berupa Anatomi Komparatif
Dikenal adanya keadaan yang disebut homologi dan analogi. Homologi adalah adanya fungsi yang berbeda beragai hewan yang bila dianalisa secara cermat ternyata mempunyai bentuk dasar yang sama, sedangkan analogi adalah adanya fungsi yang sama pada beberapa makhluk hidup yang secara anatomik organ yang mengemban fungsi tersebut tidak mempunyai struktur dasar yang sama. Para ahli berpendapat bahwa peristiwa analogi ini adalah merupakan proses perkembangan evolusi konvergen. Suatu peristiwa yang bertolak dari adaptasi anggota makhluk hidup dari beberapa bentuk berbeda namun berada dalam lingkungan yang sama untuk jangka waktu yang sangat lama. Yang biasa dipakai petunjuk evolusi adalah homologi struktur ekstrimitas anterior beberapa hewan vertebrata (gambar 2)
 
          Gambar 2. Homologi ekstremitas anterior beberapa binatang vertebrata
    
  1. Petunjuk Evolusi Embriologi Komparatif
Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan dalam Ernst Haeckel bahwa ontogeni adalah pilogeni yang dipersingkat. Ia menyebut sebagai teori rekapitulasi atau teori biogenetik. Perkembangan embrio pada hewan vertebrata dijumpai kenyataan bahwa perkembangan embrio dari zigot menujukkan struktur yang sama, namun selanjutnya berkembang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga bentuk dewasanya mejadi sangat berbeda (gambar 3).
embryology
Gambar 3. Embriologi Komparatif Beberapa hewan Vertebrata
  1. Petunjuk dari Fisiologi Komparatif
Kemiripan faal tubuh dijumpai pada makhluk hidup mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi meliputi:
-          kemiripan dalam faal respiratoria
-          kemiripan dalam metabolisme
-          proses sintesis protein
      -    pembentukkan ATP sebagai molekul berenergi tinggi
  1. Petunjuk dari usaha domestifikasi
Hasil perjalanan Darwin menunjukkan bahwa spesiasi dapat terjadi karena upaya domestifikasi oleh manusia, misalnya upaya pemuliaan tanaman maupun hewan.
  1. Petunjuk dari Alat Tubuh yang tersisa
Alat-alat sisa digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi, karena dalam kenyataanya meskipun alat tersebut tidak lagi menunjukkan suatu fungsi nyata tapi tetap dijumpai secara nyata dan jumlahnya boleh dikatakan cukup banyak. Penganut faham evolusi melihat adanya kelemahan dari penganut faham ciptaan khusus, bertolak dari alat-alat tersisa yang tidak lagi ada gunanya itu. Adapun organ-organ sisa antara lain: apendiks, selaput mata sebelah dalam, otot-otot penggerak telinga, tulang ekor, gigi taring yang runcing, geraham ketiga, rambut didada, mammae pada laki-laki, musculus piramidalis dan masih banyak lagi (Gambar 4).
Gambar 4. Beberapa Struktur Sisa dari Manusia

  1. Petunjuk dari struktur DNA dan Protein
Semua organisme hidup tersusun oleh kode genetik (DNA=Dioksiribonukleotid Acid) yang sama. Kode genetik makhluk hidup tersusun oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa nitrogen yang saling berkombinasi menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode genetik ini bersifat universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode-kode genetik ini diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang menyusun protein. Secara universal protein seluruh makhluk hidup tersusun oleh kombinasi 20 asam amino (Gambar 5 dan 6).
Gambar 5. Homologi Kode Genetik





Gambar 5. Kamus Kode Genetik
Mekanisme Evolusi
Apabila  perbandingan fenotif dalam suatu populasi tidak berubah dari generasi ke generasi, dapat dinyatakan bahwa frekuensi gena populasi tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan kata lain proses evolusi dapat diartikan sebagai suatu perubahan komulatif frekuensi allele sejalan dengan waktu. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gena dari generasi ke generasi cenderung konstan selama tidak ada mutasi gen, rekombinasi gen, hilangnya gen (=genetif drift) maupun alur gen (=gen flow). Darwin menambahkan untuk terjadinya perubahan frekuensi gen terdapat peranan lingkungan. Melalui proses seleksi alam arah evolusi ditentukan.
  1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan secara acak pada struktur DNA. Mutasi adalah material kasar untuk terjadinya evolusi karena mutasi dapat menyebabkan variasi genetik. Penyebab mutasi dapat berasal dari lingkungan (oleh zat mutagenik) atau perubahan dari dalam individu pada saat replikasi terjadi kesalahan. Ada dua jenis mutasi yaitu mutasi kecil dan perubahan kromosom. Pada kasus pertama adanya substitusi beberapa pasangan nukeotida dalam molekul DNA sedangkan perubahan kromosomal merupakan perubahan besar yang menyangkut ratusan bahkan ribuan nukleotida. Terjadinya mutasi dapat menguntungkan maupun merugikan bagi individu yang mengalaminya. Mutasi menyebabkan perubahan pada variasi genetik dan diturunkan sehingga mutasi berpengaruh terhadap evolusi.
  1. Genetic drift
Genetic drift adalah hilangnya/lepasnya frekuensi allele secara kebetulan atau dapat dikatakan merupakan perubahan acak pada frekuensi gen pada populasi kecil yang disebabkan oleh kematian, migrasi atau isolasi. Pada populasi kecil kehilangan sedikit anggotanya akan membuat perbedaan besar. Geneti drift dapat disebabkan oleh dua kategori situasi yaitu the bottleneck effect dan the founder effect.
The bottleneck effect. Bencana alam seperti kebakaran, gempa bumi, habisnya cadangan makanan dan penyakit yang mewabah dapat mengurangi sejumlah individu dalam populasi. The bottleneck effect terjadi ketika populasi yang bertahan hidup sangat sedikit, misal tinggal satu dosen sehingga gen pool (komposisi genetik suatu populasi) tidak merepresentasikan populasi awal.
The founder effect. Ketika sejumlah kecil organisme bermigrasi dari populasi yang besar dann menetap sebagai populasi yang baru di suatu tempat the founder effect dapat terjadi. Jelasnya adalah gen pool kelompok migrasi yang lebih kecil biasanya tidak merepresentasikan gen pool populasi yang besar. Beberapa allele akan absen sementara itu yang lain akan ada secara sedikit atau berlebihan. Sebagai konsekuensi, ketika individu-individu bereproduksi dan jumlah founding population meningkat, frekuensi gennya berbeda dari populasi awalnya.
  1. Aliran Gen (=Gen Flow)
Aliran gen dapat terjadi melalui proses interbreeding. Imigran dapat menambah allele baru ke dalam gen pool sehingga dapat merubah frekuensi allele. Aliran gen dapat terjadi dari kisaran imigran yang sangat rendah sampai kisaran imigran yang sangat tinggi tergantung dari jumlah individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan genetik inidividu-individu yang dapat bergabung. Bagaimanapun bila informasi genetik sangat berbeda imigrasi kecil pun dapat menghasilkan perubahan frekuensi allele yang sangat besar.
  1. Rekombinasi Seksual
Pada individu yang melakukan reproduksi secara seksual keturunan yang dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena selama meiosis kromosom bergabung secara acak dan juga pada saat peristiwa fertilisasi terjadi penggabungan materi genetik dari dua sel gamet. Dengan demikian rekombinasi gen dapat memberi peluang yang besar untuk terjadinya variabilitas yang berpengaruh terhadap evolusi populasi.
  1. Seleksi alam
Seleksi alam adalah salah satu faktor evolusi, pertama kali dikemukan oleh Darwin. Individu yang mempunyai kecocokan dengan lingkungan yang mampu bertahan. Oleh sebab itu alam bertugas sebagai penyeleksi kelestarian makhluk hidup dari generasi ke generasi. Hasil adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya disebut modifikasi dan ini diturunkan pada anakannya, sehingga seleksi alam merupakan faktor evolusi.
Evolusi Manusia
            Proses evolusi makhluk hidup yang paling mendapat sorotan tajam adalah evolusi manusia. Kebanyakan orang menanyakan apakah manusia yang ada sekarang adalah produk evolusi, jika ya tentunya manusia berasal atau berkembang dari dari makhluk yang lebih sederhana, namun pandangan bahwa manusia adalah produk evolusi juga membawa konsekuensi bahwa keturunan manusia yang akan datang adalah makhluk yang lebih sempurna dari manusia yang sekarang. Berbicara keturunan ada dua hal yang akan diwariskan pada anakan manusia yatiu informasi genetik dan informasi non-genetik. Informasi genetik sudah sangat jelas wujudnya, namun informasi non-genetik adalah hasil interaksi manusia terhadap lingkungan. Karena manusia adalah makhluk yang berakal membuat informasi non-genetik yang diturunkan semakin kompleks sehingga pembahasan perkembangan evolusi manusia ditinjau dari aspek psiko-sosial dari makhluk bipedal sampai Homo sapien.
mad18826_3208L
    Gambar 7. Evolusi Manusia
  1. Australopithecines
-          Merupakan makhluk bipedal tegak yang paling tua
-          Muncul 8-10 juta tahun yang lalu
-          Digolongkan sebagai hominid (pra-manusia)
-          Australopitthecus africanus (5,5 juta tahun yang lalu)
-          Australopitthecus afarensis (3,5 juta tahun yang lalu)
-          Australopitthecus robustus dan Australopitthecus boisei (2-1 juta tahun yang lalu)
-          Pemakan daging dan pemakan tumbuhan
-          Mengenal alat dari batu untuk berburu dan untuk melawan musuh
-          Homo habilis, Australopithesin yang paling maju, tidak sekedar memakai alat tapi juga membuatnya
b.   Homo erectus
      -  Manusia kera yang memiliki ciri-ciri manusia
      - Mampu membuat alat yang lebih baik dari alat yang dibuat Homo habilis  dengan variasi yang lebih banyak
       -  Alat dari batu dan kayu
       -  Mengenal api dan mengenal alat penghasil api
       -  Pemburu ulung dan sudah bermasyarakat      
       -  Meganthropus palaeojavanicus (600-500.000 tahun yang lalu)
       -  Homo erectus Pekinensis (500.000 tahun yang lalu)
  c. Homo Neanthertalensis
       - Hidup sekitar 150.000-60.000 tahun yang lalu
       - Mengenal alat berburu, alat mempertahankan diri, alat makan, dan alat minum
       - Sudah mengenal benih-benih kepercahayaan dengan ditemukanya kuburan yang dilakukan penguburan dengan cara terhormat (kepercayaan ada kehidupan sesudah mati)
      - Dianggap sebagai pra-Homo sapien





                                                                                          
                   





 
       Gambar 7.A.Budaya Penguburan oleh Manusia Neanthertal
                        B. Alat-alat yang dipakai oleh Manusia Neanthertal
d. Homo sapien
      - Homo sapien Tua =Manusia Cro-magnon
      - 40.000-10.000 tahun yang lalu
      - kebudayaannya sudah lebih maju
      - mengenal seni lukis dan seni patung dan mengenal pewarna
      - mengenal alat dari batu, kayu, tanduk, jarum
      - berbahasa dan berpakaian

_725803_venus150

















          
            Gambar 8. Hasil Karya Seni Manusia Cro Magnon
A.     Patung Venuses
B.     Seni Lukis pada Dinding Gua













Teori Evolusi

http://3.bp.blogspot.com/-LH_khSYy3SQ/T-0pwwdeBhI/AAAAAAAAAMY/dSz5eYnaY3Y/s200/Darwin.jpeg

Charles Dawin, Kalian tentunya pernah mendengar nama ilmuwan tersebut bukan? Yups, Charles Darwin adalah tokoh yang sangat terkenal dalam kaitannya dengan evolusi.  Darwin banyak mengemukakan gagasan-gagasannya tentang teori evolusi. Karena pemikirannya tersebut, Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi.

Pokok-pokok pemikiran yang melandasi ajaran Darwin mengenai evolusi antara lain:

  1. Tidak ada individu yang identik, selalu ada variasi meskipun dalam satu keturunan
  2. Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena setiap makhluk hidup mampu berkembang biak.
  3. Untuk berkembangbiak diperlukan makanan dan ruang yang cukup.
  4. Pertambahan populasi tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor pembatas antara lain makanan dan predasi.

Darwin membantah teori Lamarck yang mengungkapkan bahwa perkembangan makhluk hidup menuju ke arah kesempurnaan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diwariskan kepada keturunannya.
Dalam bukunya The Origin of Spesies by means of Natural Selection, Darwin menyatakan dua hal penting sebagai Teori Evolusi yaitu:
1.      Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies nenek moyangnya yang hidup di masa lalu.
2.      Perkembangan spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi.
Fenomena jerapah dengan leher panjang dijelaskan oleh Darwin dengan melihat dari sudut pandang adanya variasi. Menurut Darwin, jerapah pada mulanya ada yang berleher panjang dan ada yang berleher pendek. Jerapah yang berleher pendek tidak mampu bertahan hidup karena kalah dalam berkompetisi dengan jerapah berleher panjang untuk memperoleh makanan berupa dedaunan pada pohon yang tinggi. Akibatnya populasi jerapah berleher pendek menjadi punah dan tinggal populasi jerapah berleher panjang yang mampu bertahan hidup di lingkungannya (Hukum survival of the fittest), sebagaimana dijelaskan oleh gambar berikut:
http://3.bp.blogspot.com/-C6FPofLmlxw/T-0rJRKxpiI/AAAAAAAAAMg/fyObZjO7k5E/s400/jerapah.jpg

TeoriEvolusi sebagimana yang dikemukakan oleh Charles Darwin diatas, mendapat tanggapan dari berbagai kalangan baik yang berasal dari kelompok ilmuwan maupun kelompok lain. Tanggapan yang muncul pun beragam. Ada yang bersifat saling mendukung (pro) dan ada pula yang menolak (kontra). Tanggapan-tanggapan tersebut antara lain:

       I.            Darwin vs Lamarck

Keduanya berbeda pendapat mengenai fenomena jerapah berleher panjang. Menurut Lamarck pada awalnya jerapah berleher pendek akan tetapi karena makanan yang berupa daun makin berkurang, maka dari generasi ke generasi leher jerapah semakin panjang untuk menjangkau daun yang semakin tinggi letaknya.
Sedangkan menurut Darwin, dalam populasi jerapah ada yang berleher panjang dan berleher pendek. Dalam kompetisi untuk mendapatkan makanan, jerapah berleher panjang tetap bertahan hidup sedangkan jerapah berleher pendek akan tersingkir secara perlahan-lahan. Dari fenomena ini muncullah gagasan Darwin tentang seleksi alam.

    II.            Darwin vs Weismann

Berbeda dengan tanggapannya mengenai gagasan Lamarck, gagasan Weismann lebih menjelaskan pandangan Darwin mengenai seleksi alam. Menurut Weismann, evolusi menyangkut masalah bagaimana pewarisan gen melalui sel-sel kelamin, sehingga perubahan sifat-sifat karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada keturunannya.

Jadi dengan jelas bahwa leher panjang atau pendek pada jerapah dikendalikan oleh gen. Gen untuk sifat leher panjang bersifat dominan, sedangkan gen untuk sifat leher pendek bersifat resesif.

 III.            Darwin vs Wallace

Kedua tokoh tersebut mempunyai persamaan gagasan dalam menanggapi masalah evolusi. Mereka sependapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Munculnya spesies baru berasal dari spesies sebelumnya.
Setiap individu anggota populasi mempunyai kemampuan untuk berkembang biak dan diantara individu-individu tersebut terdapat variasi. Dalam usahanya untuk mempertahankan hidup, individu yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan tersingkir dan akhirnya punah.

 IV.            Darwin vs Paham Kreasionisme Harun Yahya

Selain para ahli di atas, muncul juga pihak yang menentang Teori Evolusi dari sudut pandang yang berbeda. Pihak tersebut adalah kelompok agamawan (creationist) yang menolak Teori Evolusi dari sudut pandang ajaran agama. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok yang menganut paham kreasionisme. Paham kreasionisme adalah suatu paham yang meyakini bahwa makhluk hidup dan segala jenisnya diciptakan oleh Tuhan, secara terpisah (tidak ada kesamaan leluhur, atau bahwa satu jenis makhluk hidup tidak diturunkan dari jenis makhluk hidup lain). Salah satu tokoh yang gigih menyampaikan teori paham kreasionisme ini adalah Harun Yahya. Beliau adalah seorang da’i dan ilmuwan terkemuka asal Turki yang memiliki nama asli Adnan Oktar. Dalam karyanya yang berjudul Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya mengungkapkan bantahan-bantahannya terhadap teori evolusi yang dicetuskan oleh Darwin diatas.
Menurut pandangan Harun Yahya, konsep kehidupan yang berasal dari benda mati bertentangan dengan hukum dasar biologi. Dalam hal ini, Harun Yahya memberikan  gambaran bahwa sel hidup merupakan hasil pembelahan dari sel hidup juga dan bukan dari pembelahan sel mati. Harun Yahya membantah gagasan yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari kehidupan sebelumnya. Gagasan tersebut mengandung arti bahwa makhluk hidup yang pertama kali muncul di bumi berasal dari kehidupan yang ada sebelumnya. Harun Yahya mengungkapkan pendapatnya dari sudut pandang berbeda yang menyatakan bahwa di alam semesta ini ada pencipta (creator) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu bantahan Harun Yahya tersebut merupakan bagian dari pendapatnya dalam meruntuhkan Teori Evolusi Darwin.
Dalam karyanya, Harun Yahya mengungkapkan bahwa Teori Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin merupakan gagasan yang tidak ilmiah. Ada beberapa hal yang dijadikan dasar bagi Harun Yahya untuk membantah Teori Evolusi Darwin.
Yang pertama, masih minimnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Darwin dan Lamarck untuk menjelaskan fenomena asal usul kehidupan. Ilmu genetika dan biokimia pada masa Darwin belum ada sehingga mempersempit penjelasan Darwin tentang evolusi dari sudut pandang genetika dan biokimia.
Yang kedua, komposisi dan susunan unsur genetik pada makhluk hidup yang sangat rumit menunjukkan ketidakabsahan mekanisme evolusi kehidupan. Menurut Harun Yahya, kerumitan yang ada dalam setiap unsur genetik tersebut merupakan hasil rancangan Sang Pencipta alam semesta ini.
Harun Yahya juga mengungkapkan kelemahan-kelemahan bukti evolusi yang dikemukakan oleh Darwin, salah satunya dari catatan fosil. Dari berbagai fosil yang ditemukan, tidak ada satu pun fosil yang menunjukkan bentuk transisi yang dapat dijadikan sebagai petunjuk proses evolusi. Di samping itu, perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
Mengenai seleksi alam, Harun Yahya mengungkapkan bahwa tidak pernah ada satu spesies pun yang mampu menghasilkan spesies lain melalui mekanisme seleksi alam. Sebagai contoh, masih ingatkah kalian tentang evolusi kupu-kupu Biston betularia di Inggris?
Menurut Harun Yahya, terbentuknya kupu-kupu Biston betularia bersayap gelap yang terjadi pada pada awal revolusi industri di Inggris sebenarnya tidak ada. Cerita sebenarnya adalah pada awalnya warna kulit batang pohon di Inggris benar-benar terang. Oleh karena itu, kupu-kupu berwarna gelap yang hinggap pada pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa, sehingga mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah. Lima puluh tahun kemudian akibat polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap dan saat itu kupu-kupu berwarna cerah menjadi mudah diburu. Akibatnya, jumlah kupu-kupu berwarna cerah berkurang, sementara populasi kupu-kupu berwarna gelap meningkat karena tidak mudah terlihat oleh pemangsa.
Dalam kasus ini, Harun Yahya menganggap bahwa tidak terjadi perubahan warna sayap kupu-kupu yang diturunkan. Namun, yang terjadi sebenarnya adalah jumlah kupu-kupu yang berwarna cerah telah banyak dimangsa oleh burung-burung pemangsa, sehingga jumlah kupu-kupu berwarna cerah lebih sedikit dibanding kupu-kupu yang berwarna lebih gelap.
Salah satu pokok pikiran Teori Evolusi yang juga tak luput dari bantahan Harun Yahya adalah tentang mutasi. Di dalam pandangan evolusi Darwin, mutasi dikatakan sebagai proses yang memunculkan spesies baru yang berbeda dari tetuanya. Harun Yahya menentang pandangan yang menyatakan bahwa mutasi dapat bersifat menguntungkan, tetapi pada kenyataannnya setiap mutasi bersifat membahayakan.



0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates